JAKARTA, KOMPAS.com – Produk domestik bruto (PDB) masih menjadi data utama yang digunakan pemerintah untuk mengukur perekonomian Indonesia saat ini. Namun demikian, data tersebut dinilai tidak cukup untuk menghitung “kekayaan” negara secara keseluruhan.
Guru Besar Imu Ekonomi Universitas Indonesia Bambang Brodjonegoro mengatakan, PDB selama ini sudah dijadikan sebagai indikator perkembangan perekonomian suatu negara. Data tersebut menghitung berbagai aktivitas transaksi ekonomi yang terjadi.
“PDB yang kita kenal sekarang fokusnya baru pada transaksi atau kegiatan terkait produksi, misal di sektor manufaktur atau finansial,” kata dia dalam Soft Launching: A Comprehensive Wealth Report in Indonesia, di Jakarta, Senin (20/11/2023).
Akan tetapi, mantan menteri keuangan itu menyebutkan, PDB yang hanya menghitung kegiatan produksi dan finansial belum menghitung perekonomian suatu negara secara komprehensif. Pasalnya, perekonomian negara juga dibentuk oleh sumber-sumber lain, seperti sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).
“Jangan lupa, selain human atau natural yang masih bisa dilihat secara fisik, ada capital yang barang kali tidak bisa langsung diidentifikasi secara fisik, misal social capital,” kata Bambang.
“Dari situ kita sadar kenapa pertumbuhan PDB suatu negara dengan negara lain bisa berbeda, padahal default-nya mungkin sama,” sambungnya.
https://www.youtube.com/watch?v=sUfDfXC36mw
Bambang mencontohkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan Korea Selatan. Jika dilihat secara geografis, Indonesia memiliki potensi SDA yang jauh lebih besar dibanding Negeri Ginseng.
Meskipun demikian, Korea Selatan sudah jauh terlebih dahulu meninggalkan Indonesia dari golongan negara berpendapatan menengah. Pada 1995, Korea Selatan mampu keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap dan menjadi negara maju.
“Kenapa Korea bisa begitu cepat (keluar dari middle income trap), padahal kan kita bandingkan financial production, padahal dia enggak punya sumber daya alam,” ujar Bambang.
Oleh karenanya, ia pun menekankan pentingnya perhitungan di luar PDB, dan mulai mengukur kekayaan negara secara komprehensif. Lewat perhitungan tersebut, Indonesia bisa mengidentifikasi penyebab perbedaaan laju pertumbuhan ekonomi dengan negara lain.
Dalam rangka menghitung kekayaan Indonesia secara komprehensif, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) bekerja sama dengan International Institute for Sustainable Development (IISD) Canada membuat laporan bertajuk A Comprehensive Wealth Report in Indonesia.
Kepala Kajian Ekonomi Lingkungan LPEM FEB UI Alin Halimatussadiah mengatakan, laporan tersebut dibuat dengan tujuan menyoroti pentingnya indikator selain PDB untuk mengukur kekayaan Indonesia secara keseluruhan.
Laporan itu juga menekankan, dalam menghitung kekayaan negara tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya produksi, tapi juga perlu mencakup sumber daya lain.
“Kami harap bisa mempublikasikan laporan ini kepada publik pada akhir tahun ini atau awal tahun depan,” ucapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#PDB #Dinilai #Belum #Hitung #Perekonomian #secara #Menyeluruh #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli