Pemerintah sedang menggencarkan hilirisasi di sektor industri. Setelah hilirisasi nikel, kini Presiden Jokowi juga menginginkan hilirisasi di bauksit, tembaga, emas, hingga minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO).
Hal ini diuraikan oleh Presiden Jokowi saat dirinya memberikan pengarahan di acara Sarasehan 100 Ekonom yang digelar INDEF bersama CNBC Indonesia dengan tema ‘Penguatan Reformasi Struktural Fiskal dan Belanja Berkualitas di Tengah Pandemi’ pada Jumat, (26/8/2021).
Menurut Presiden, hilirisasi yang tidak hanya di nikel akan menjadi strategi besar ekonomi Indonesia kedepannya. Kini, dengan kondisi Indonesia yang sudah menghentikan ekspor bijih nikel, telah ada pencatatan hasil positif bagi perekonomian dalam negeri. Diharapkan, hal tersebut juga bisa terjadi di industri yang lainnya seperti bauksit, tembaga, emas.
Dalam acara tersebut, Jokowi juga menuturkan bahwa hasil hilirisasi telah terlihat. Pasalnya dalam setengah tahun, ekspor besi baja Indonesia sudah berada di angka sekitar US$ 10.5 miliar.
Presiden juga mengatakan bahwa hilirisasi untuk bauksit, tembaga, emas, minyak sawit harus dijadikan sebanyak mungkin turunan-turunan dari bahan mentahnya. BIla belum bisa menjadi barang jadi, minimal menjadi barang setengah jadi.
“Oleh sebab itu, tak hanya nikel saja, ke depan kita juga akan mulai untuk bauksitnya, mulai emasnya, tembaganya, hilirisasi sawitnya, sebanyak mungkin turunan-turunan dari bahan mentah itu bisa jadi minimal barang setengah jadi, syukur-syukur bisa jadi barang jadi,” paparnya.
Dengan adanya hilirisasi industri, disebut bisa mendukung dua strategi ekonomi besar lainnya untuk Indonesia di masa depan. Diketahui strategi besar ekonomi negara yang dimaksud terdiri dari tiga hal, yang pertama hilirisasi, kedua digitalisasi UMKM dan yang ketiga masuk ke ekonomi hijau.